Connect with us

Hukum International

Donald Trump Menang Pemilihan Presiden Amerika 2024

Published

on

Calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, meraih kemenangan dalam Pemilihan Presiden AS 2024 dan akan kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Kemenangan ini dipastikan setelah Trump berhasil mengamankan 277 suara elektoral pada Rabu (06/11), melewati ambang batas 270 suara yang diperlukan. Dengan pencapaian tersebut, Trump berhasil mengalahkan capres dari Partai Demokrat, Kamala Harris, yang tertinggal dengan perolehan 224 suara elektoral.

Pada malam sebelumnya, Selasa (05/11), Trump mengklaim kemenangan di hadapan ribuan pendukungnya di West Palm Beach, Florida. Dalam pidato kemenangannya, ia menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada para pemilih yang telah mendukungnya untuk kembali ke Gedung Putih sebagai presiden ke-47 AS. Trump menyatakan komitmennya untuk mengatasi berbagai persoalan dalam negeri, termasuk isu perbatasan, dan berjanji bahwa periode kedua pemerintahannya akan membawa “zaman keemasan” bagi Amerika.

“Ini adalah kemenangan luar biasa bagi rakyat Amerika, dan ini akan memberi kita kesempatan untuk benar-benar membuat Amerika hebat lagi,” ungkap Trump dengan penuh semangat, menggemakan slogan kampanyenya yang terkenal.

Dalam momen tersebut, Trump dikelilingi oleh sejumlah pendukung terdekatnya di panggung, termasuk calon wakil presiden JD Vance, istrinya Melania Trump, serta tim kampanyenya. Ribuan pendukung bersorak dan meneriakkan “USA, USA, USA” sebagai bentuk dukungan terhadap kemenangan Trump.

Kembali ke Gedung Putih merupakan pencapaian yang luar biasa bagi Trump, setelah kalah dari Joe Biden dalam pemilihan tahun 2020. Keberhasilannya dalam Pilpres 2024 menandai kembalinya Trump ke panggung politik tertinggi Amerika, membawa visi untuk masa depan yang ia sebut sebagai “era kebangkitan Amerika.”

Di sisi lain, Kamala Harris, pesaing utama Trump dalam pemilu kali ini, belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait hasil sementara yang menunjukkan kekalahannya.

Pendukung Trump Merasa ‘Super Bahagia’ dan ‘Penuh Rasa Syukur’

Suasana di luar Palm Beach Convention Centre pada Rabu (06/11) dini hari, tepatnya pukul 04.00 waktu setempat, dipenuhi oleh euforia para pendukung Donald Trump yang merayakan kemenangan capres Partai Republik itu dalam Pemilihan Presiden AS 2024. Perayaan kemenangan Trump tampak sangat meriah; mobil-mobil yang melintas membunyikan klakson sebagai bentuk dukungan, sementara seorang pria dengan sepeda motor berkeliling memutar lagu hip-hop bertema Trump, menambah semarak suasana.

Fatima Henges, seorang pendukung Trump berusia 30 tahun, tampak menari dengan gembira di seberang jalan setelah meninggalkan pesta perayaan malam itu. Ia mengungkapkan perasaannya dengan antusias, “Saya bahagia, sangat bahagia,” katanya. “Kami tidak ingin pulang, tetapi harus bekerja besok,” tambahnya sambil tertawa. Menurut Fatima, kemenangan Trump adalah harapan baru yang ia yakini akan membawa perubahan baik bagi semua orang.

Roselba Morales, imigran asal Meksiko yang baru menjadi warga negara AS melalui proses naturalisasi tahun lalu, juga mengungkapkan rasa syukurnya. Ia memilih Trump dan merasa bangga atas dukungan yang diberikannya, sambil berharap Trump akan membawa perubahan yang menjamin perdamaian dan keamanan. “Dia menginginkan perdamaian, keamanan, dan ingin menyelamatkan masa depan anak-anak kita,” ucapnya sambil mengibarkan bendera besar bertuliskan nama Trump. “Saya merasa sangat bersyukur, terima kasih Yesus!” tambahnya dengan penuh emosional.

Para pendukung Trump di lokasi tersebut menggambarkan suasana yang penuh kegembiraan dan optimisme, meyakini bahwa kemenangan ini akan membawa Amerika pada masa depan yang lebih baik dan stabil.

Respons Dunia Terhadap Kemenangan Trump

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan kesiapannya untuk kembali bekerja sama dengan Donald Trump sebagai Presiden AS. Macron menyambut kemenangan Trump dengan harapan bahwa kerja sama kedua negara akan berjalan produktif dalam menghadapi tantangan global.

Di Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky juga menyampaikan ucapan selamat kepada Trump, memuji pendekatan Trump untuk “perdamaian melalui kekuatan” yang, menurutnya, akan menjadi langkah besar menuju perdamaian yang adil di Ukraina. Zelensky menyatakan bahwa komitmen ini adalah bagian dari harapan Ukraina untuk mencapai stabilitas di kawasan yang telah lama dirundung konflik.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, menggemakan sentimen Zelensky, menyatakan bahwa kepemimpinan Trump akan menjadi “kunci” dalam menghadapi berbagai tantangan global yang semakin kompleks. Rutte menegaskan bahwa NATO siap memperkuat kolaborasi dengan Amerika Serikat untuk mempertahankan stabilitas dan keamanan di kawasan Eropa.

Di Italia, Perdana Menteri Giorgia Meloni memuji hubungan yang kuat antara negaranya dan Amerika Serikat, menyebut aliansi tersebut sebagai “tak tergoyahkan” dan menyatakan keyakinannya bahwa hubungan bilateral akan semakin kuat di bawah kepemimpinan Trump. Meloni juga menyampaikan harapan bahwa kemitraan strategis ini akan terus berlanjut demi kemajuan kedua negara.

Perdana Menteri Ceko, Petr Fiala, turut memberikan ucapan selamat, menyatakan keinginannya untuk menjaga hubungan diplomatik pada tingkat tertinggi. Fiala menyebut bahwa hubungan yang erat ini penting bagi kepentingan warga negaranya dan akan terus dikembangkan untuk manfaat bersama.

Sementara berbagai pemimpin negara telah menyampaikan ucapan selamat, Presiden Rusia Vladimir Putin belum memberikan pernyataan resmi terkait kemenangan Trump. Hal ini memicu spekulasi di kalangan analis politik mengenai arah kebijakan luar negeri Rusia di bawah kepemimpinan Trump yang baru.

Respon para pemimpin dunia mencerminkan harapan besar untuk peningkatan kerja sama, stabilitas, dan keamanan global, dengan fokus pada tantangan bersama yang semakin mendesak di era kepemimpinan Trump.

Kapan Biasanya Hasil Pemilihan Presiden AS Diumumkan ke Publik?

Para pemilih di Amerika Serikat umumnya terbiasa mengetahui hasil pemilihan presiden pada malam hari setelah pemungutan suara atau setidaknya pada dini hari keesokan harinya, memberikan mereka kesempatan untuk tidur dengan mengetahui siapa presiden baru yang akan memimpin negara.

Contohnya, pada pemilu 2016, Donald Trump dinyatakan sebagai pemenang tak lama sebelum pukul 03.00 EST (15.00 WIB) sehari setelah pemungutan suara. Sementara itu, pada pemilu 2012, ketika Barack Obama berhasil memenangkan periode keduanya, hasil kemenangannya telah diproyeksikan sebelum tengah malam di hari yang sama.

Namun, Pilpres AS tahun 2000 menjadi pengecualian yang paling diingat, ketika persaingan ketat terjadi antara George W. Bush dan Al Gore (bukan John Kerry). Hasil pemilu kali itu sempat tertunda karena penghitungan suara di negara bagian Florida, di mana persaingan sangat ketat dan hasil akhir memerlukan penghitungan ulang. Pemilihan baru dapat dipastikan setelah Mahkamah Agung AS memutuskan untuk mengakhiri penghitungan ulang pada 12 Desember, yang menjadikan Bush sebagai pemenang sah dan membawanya ke Gedung Putih.

Kejadian ini menunjukkan bahwa meski hasil pemilu biasanya cepat diketahui, prosesnya bisa sangat bervariasi tergantung situasi dan dinamika penghitungan suara di setiap negara bagian.

Kapan Presiden Baru AS Akan Resmi Dilantik dan Mengambil Sumpah?

Presiden Amerika Serikat terpilih akan resmi dilantik pada Senin, 20 Januari 2025, dalam sebuah upacara di halaman kompleks US Capitol, Washington D.C. Upacara pelantikan ini merupakan tradisi yang telah berlangsung lama, dan kali ini akan menjadi pelantikan presiden ke-60 dalam sejarah AS.

Pada momen sakral ini, presiden baru akan mengambil sumpah jabatan dengan mengucapkan sumpah setia untuk menegakkan dan melindungi Konstitusi Amerika Serikat. Setelah sumpah jabatan, presiden akan menyampaikan pidato pelantikan, yang biasanya berisi visi, misi, serta janji untuk periode kepemimpinan baru, memberi arahan kepada bangsa untuk masa mendatang. Upacara ini menandai transisi resmi kekuasaan di Amerika Serikat, memperlihatkan komitmen berkelanjutan terhadap prinsip-prinsip demokrasi dan aturan hukum yang berlaku.

Continue Reading

Hukum International

Pilar Utama dalam Hubungan Antarnegara

Published

on

Hubungan antarnegara merupakan aspek penting dalam dinamika global yang kompleks. Dalam konteks ini, terdapat beberapa pilar utama yang menjadi landasan bagi interaksi dan kerjasama antarnegara. Pilar-pilar ini tidak hanya mencakup aspek hukum dan diplomasi, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mendasari hubungan internasional. Artikel ini akan membahas pilar-pilar utama dalam hubungan antarnegara, termasuk hukum internasional, diplomasi, dan kerjasama multilateral, serta bagaimana masing-masing pilar berkontribusi terhadap stabilitas dan perdamaian dunia.

1. Hukum Internasional

Hukum internasional adalah salah satu pilar utama dalam hubungan antarnegara. Hukum ini terdiri dari aturan dan norma yang mengatur perilaku negara-negara di arena internasional. Sumber utama hukum internasional meliputi perjanjian internasional, kebiasaan internasional, dan prinsip-prinsip umum hukum yang diakui oleh negara-negara. Perjanjian internasional, atau traktat, menjadi dasar bagi banyak kerjasama antarnegara, seperti perjanjian perdagangan, perjanjian lingkungan, dan perjanjian keamanan.Hukum internasional berfungsi untuk menciptakan kerangka kerja yang jelas bagi negara-negara dalam berinteraksi. Misalnya, Konvensi PBB tentang Hukum Laut mengatur hak dan kewajiban negara-negara terkait penggunaan sumber daya laut dan perlindungan lingkungan maritim. Dengan adanya hukum internasional, negara-negara diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara damai dan menghindari konflik yang merugikan.

2. Diplomasi

Diplomasi adalah pilar lain yang sangat penting dalam hubungan antarnegara. Melalui diplomasi, negara-negara dapat berkomunikasi, bernegosiasi, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Diplomasi dapat dilakukan melalui berbagai saluran, termasuk pertemuan bilateral, konferensi internasional, dan organisasi multilateral.Diplomasi juga mencakup berbagai bentuk, seperti diplomasi preventif, yang bertujuan untuk mencegah konflik sebelum terjadi, dan diplomasi publik, yang berfokus pada membangun citra positif negara di mata dunia. Contoh nyata dari diplomasi yang berhasil adalah perjanjian damai yang dicapai melalui negosiasi antara negara-negara yang terlibat dalam konflik, seperti perjanjian damai Oslo antara Israel dan Palestina.

3. Kerjasama Multilateral

Kerjasama multilateral merupakan pilar ketiga yang mendukung hubungan antarnegara. Dalam kerjasama ini, beberapa negara bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, sering kali melalui organisasi internasional seperti PBB, ASEAN, atau Uni Eropa. Kerjasama multilateral memungkinkan negara-negara untuk mengatasi isu-isu global yang tidak dapat diselesaikan secara unilateral, seperti perubahan iklim, terorisme, dan perdagangan internasional. Melalui kerjasama multilateral, negara-negara dapat berbagi sumber daya, pengetahuan, dan teknologi untuk mencapai tujuan bersama. Misalnya, dalam konteks perubahan iklim, perjanjian Paris yang ditandatangani oleh hampir semua negara di dunia menunjukkan komitmen kolektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memitigasi dampak perubahan iklim.

4. Tantangan dalam Hubungan Antarnegara

Meskipun pilar-pilar ini memberikan kerangka kerja yang kuat untuk hubungan antarnegara, terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah ketidakadilan dan ketidaksetaraan dalam sistem internasional. Negara-negara besar sering kali memiliki pengaruh yang lebih besar dalam pengambilan keputusan, sementara negara-negara kecil mungkin terpinggirkan.Selain itu, munculnya nasionalisme dan proteksionisme di beberapa negara dapat mengancam kerjasama internasional. Ketika negara-negara lebih fokus pada kepentingan nasional mereka, hal ini dapat menghambat upaya kolektif untuk mengatasi isu-isu global.

Continue Reading

Hukum International

Iran Serukan Embargo Senjata Dan Usir Israel Dari PBB!

Published

on

Kementerian Luar Negeri Iran mengeluarkan pernyataan yang menyerukan penerapan embargo senjata terhadap Israel serta menuntut pengusiran negara tersebut dari keanggotaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Seruan ini disampaikan oleh pihak Iran pada Minggu (10/11) sebagai tanggapan atas serangan udara mematikan yang terjadi di Suriah, yang menewaskan sembilan orang termasuk seorang komandan Hizbullah. Insiden ini semakin memperburuk ketegangan yang sudah lama terjadi antara Iran dan Israel, terutama karena kedua negara telah terlibat konflik diplomatik yang berkepanjangan terkait pengaruh dan penguasaan kawasan Timur Tengah.

Menurut laporan kantor berita AFP pada Senin (11/11/2024), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, mengutuk keras tindakan Israel yang dianggapnya sebagai serangan agresif. Ia mengatakan bahwa Teheran “mengutuk keras serangan agresif yang dilakukan hari ini oleh rezim Zionis terhadap sebuah bangunan tempat tinggal” yang terletak di Damaskus, ibu kota Suriah. Menurut Baghaei, serangan tersebut bukan hanya sebuah tindakan militer, melainkan juga pelanggaran serius terhadap kedaulatan Suriah serta ancaman langsung terhadap stabilitas di kawasan.

Lebih lanjut, Baghaei menyerukan agar masyarakat internasional mengambil tindakan tegas terhadap Israel, termasuk menerapkan embargo senjata untuk mencegah negara tersebut memperoleh senjata yang bisa digunakan dalam konflik di Timur Tengah. Selain embargo senjata, Iran juga menuntut agar Israel dikeluarkan dari keanggotaan PBB. Iran berpendapat bahwa Israel, yang terus-menerus melakukan pelanggaran terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia, tidak layak menjadi anggota organisasi internasional yang berkomitmen pada perdamaian dan keamanan global.

Seruan Iran untuk penerapan embargo senjata dan pengusiran Israel dari PBB menambah ketegangan yang sudah memanas di kawasan Timur Tengah. Sejak lama, Iran dan Israel telah bersaing dalam memperebutkan pengaruh di kawasan ini, terutama melalui dukungan terhadap kelompok-kelompok bersenjata yang saling berseberangan. Iran diketahui memberikan dukungan penuh kepada kelompok Hizbullah di Lebanon serta beberapa kelompok militan di Palestina. Sementara itu, Israel, yang menganggap Iran sebagai ancaman eksistensial, telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah perkembangan pengaruh Iran di wilayah tersebut, termasuk dengan cara militer.

Dalam pernyataan resminya, Baghaei menggarisbawahi bahwa tindakan Israel terhadap Suriah dianggap melanggar norma dan etika internasional serta bertentangan dengan prinsip-prinsip perdamaian yang dijunjung tinggi oleh PBB. Ia mendesak agar negara-negara anggota PBB mendukung permintaan Iran ini untuk mendorong terwujudnya stabilitas di Timur Tengah. Selain itu, ia menambahkan bahwa embargo senjata dapat mencegah terjadinya kekerasan lebih lanjut yang disebabkan oleh intervensi Israel di kawasan tersebut.

Pernyataan keras dari Kementerian Luar Negeri Iran ini juga menggarisbawahi posisi Iran yang ingin menunjukkan pengaruhnya dalam isu-isu geopolitik di Timur Tengah, khususnya dalam mendukung negara-negara yang menjadi target serangan Israel. Iran berharap langkah ini dapat menciptakan kesadaran di kalangan negara-negara lain mengenai ancaman yang ditimbulkan oleh Israel, sekaligus memobilisasi dukungan untuk pembatasan aktivitas militer Israel.

Tanggapan dari komunitas internasional terhadap permintaan Iran ini masih belum jelas, tetapi seruan tersebut diharapkan dapat memicu berbagai reaksi, baik dari negara-negara sekutu Israel seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, maupun dari negara-negara Timur Tengah yang memiliki kepentingan terkait. Banyak pengamat politik internasional memprediksi bahwa seruan Iran ini akan memicu perdebatan lebih lanjut di PBB terkait posisi Israel dalam organisasi tersebut dan potensi pembatasan senjata terhadap negara tersebut.

Pernyataan Baghaei juga diiringi dengan seruan agar negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara bersatu dalam menentang keberadaan dan tindakan Israel di kawasan. Beberapa negara di kawasan tersebut memang memiliki pandangan yang sejalan dengan Iran terkait Israel, dan Iran berharap dapat membangun aliansi dengan negara-negara ini untuk mendorong penerapan sanksi yang lebih luas terhadap Israel di kancah internasional.

Meskipun Dewan Keamanan PBB belum merespons permintaan Iran secara resmi, pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Iran ini kemungkinan besar akan memperdalam diskusi mengenai isu-isu kritis di Timur Tengah, khususnya menyangkut konflik dan ketegangan antara Israel dan negara-negara yang menentangnya.

Continue Reading

Hukum International

Illinois’ financial crisis could bring the state to a halt

At vero eos et accusamus et iusto odio dignissimos ducimus qui blanditiis praesentium voluptatum deleniti.

Published

on

Photo: Shutterstock

Neque porro quisquam est, qui dolorem ipsum quia dolor sit amet, consectetur, adipisci velit, sed quia non numquam eius modi tempora incidunt ut labore et dolore magnam aliquam quaerat voluptatem. Ut enim ad minima veniam, quis nostrum exercitationem ullam corporis suscipit laboriosam, nisi ut aliquid ex ea commodi consequatur.

At vero eos et accusamus et iusto odio dignissimos ducimus qui blanditiis praesentium voluptatum deleniti atque corrupti quos dolores et quas molestias excepturi sint occaecati cupiditate non provident, similique sunt in culpa qui officia deserunt mollitia animi, id est laborum et dolorum fuga.

Quis autem vel eum iure reprehenderit qui in ea voluptate velit esse quam nihil molestiae consequatur, vel illum qui dolorem eum fugiat quo voluptas nulla pariatur.

Temporibus autem quibusdam et aut officiis debitis aut rerum necessitatibus saepe eveniet ut et voluptates repudiandae sint et molestiae non recusandae. Itaque earum rerum hic tenetur a sapiente delectus, ut aut reiciendis voluptatibus maiores alias consequatur aut perferendis doloribus asperiores repellat.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

“Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat”

Nemo enim ipsam voluptatem quia voluptas sit aspernatur aut odit aut fugit, sed quia consequuntur magni dolores eos qui ratione voluptatem sequi nesciunt.

Et harum quidem rerum facilis est et expedita distinctio. Nam libero tempore, cum soluta nobis est eligendi optio cumque nihil impedit quo minus id quod maxime placeat facere possimus, omnis voluptas assumenda est, omnis dolor repellendus.

Nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam, eaque ipsa quae ab illo inventore veritatis et quasi architecto beatae vitae dicta sunt explicabo.

Continue Reading

Trending

Copyright © 2017 politikapolitika.com